PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA KELUARGA BROKEN HOME

Authors

  • Aris Munandar Universitas Mercu Buana Yogyakarta
  • Santi Esterlita Purnamasari Universitas Mercu Buana Yogyakarta
  • Sheilla Varadhila Peristianto Mercu Buana University of Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.26486/psikologi.v22i1%20Feb.959

Keywords:

psychological well-being, dewasa awal, broken home, keluarga

Abstract

Ketidakharmonisan dalam suatu keluarga yaitu akibat kondisi broken home dapat berdampak pada tingkat kesejahteraan psikologis individu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesejahteraan psikologis yang mengalami broken home pada usia dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Partisipan dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan karakteristik usia dewasa awal berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari keluarga broken home. Partisipan berjumlah tiga orang yaitu dalam rentang usia masa dewasa awal berkisar antara 18 hingga 25 tahun. Pengumpulan data penelitian dengan cara wawancara mendalam dan observasi partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga partisipan memiliki aspek aspek kesejahteraan subyektif yang berbeda-beda. Kesejahteraan psikologis OD bersifat kurang positif sedangkan RY dan WM bersifat positif.

References

Amawidyati, S., & Utami, M. (2012). Religiusitas dan psychological well-being pada korban gempa. Jurnal Psikologi UGM, 34(2), 164-176.

Dhara, D., & Jogsan, Y.A. (2013). Depression and psychological well-being. Journal Psychology Psychoter, 3,

Iriani, F., & Ninawati. (2005). Gambaran kesejahteraan psikologis pada dewasa muda ditinjau dari pola attachment. Jurnal Psikologi, 3(1)

Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Ryff, D. (1989). Happiness is everything, or is it? Exploration on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality Social Psychology, 83.

Ryff, D. (2014). Psychological well-being revisited: Advances in the scienceand practice of eudaimonia. Psychotherapy and Psychosomatics, 83, 1028

Reiss, IL. (2000). Family system in America. US: Holt, Rinehart, and Winston, Inc.

Wahyuningsih, A. (2013). Kesejahteraan psikologis pada odapus wanita usia dewasa awal berstatus menikah. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2(1),

Wardiyah, M. (2013). Group positive psychoterapy untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis remaja. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, I(2), 139-152.

Willis, S. (2017). Konseling keluarga (family counseling). Bandung: Alfabeta Raudatussalamah, & Susanti, R. (2004). Pemaafan (forgiveness) dan psychological well-being pada narapidana wanita. Jurnal Marwah, 13(2),

Santrock, J. W. (2014). Life-span development (perkembangan masa hidup). Jakarta: Rosdikarya

Saputri & Karyanta. (2013). Hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri kelas VII pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Ibnu ‘Abbas Klaten. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 2(3),

Stern, S. (2013). Factors that impact the health and psychological well being of older adults shortly following institutionalization. Journal of Social Psychological, 2,

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan, kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Downloads

Published

2020-02-28

How to Cite

Munandar, A., Purnamasari, S. E., & Peristianto, S. V. (2020). PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA KELUARGA BROKEN HOME. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 22(1), 46–52. https://doi.org/10.26486/psikologi.v22i1 Feb.959

Issue

Section

Articles