RELASI ORANGTUA-ANAK DAN KUALITAS HIDUP PENYANDANG SKIZOFRENIA

Authors

  • Sheilla Varadhila Peristianto Universitas Mercu Buana Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.26486/psikologi.v21i1.764

Keywords:

orangtua, skizofrenia, kualitas hidup

Abstract

Anak yang mengalami skizofrenia tidak dapat berfungsi optimal dalam kehidupannya sehingga membutuhkan bantuan dari orang sekitar. Keberadaan anak justru sering dianggap berbahaya karena stigmasasi masyarakat. Orangtua pun menjadi kurang mendukung kesembuhan anak. Orangtua menyerahkan sepenuhnya penanganan anak pada petugas medis. Orangtua menampilkan ekspresi emosi yang tinggi pada anak yaitu berperilaku intrusive antara lain berlebihan, kejam, kritis dan tidak mendukung sehingga anak cenderung mengalami kekambuhan (Hasanat, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan relasi orangtua dan anak, serta kualitas hidup anak penyandang skizofrenia. Subjek adalah orangtua yang memiliki anak penyandang skizofrenia. Relasi orangtua dan anak ditemukan peneliti pada saat wawancara di rumah sakit jiwa. Kualitas hidup anak penyandang skizofrenia diketahui menggunakan SQLS (Schizophrenia Quality of Life Scale) sebagai panduan observasi dan wawancara peneliti. Tulisan ini memberikan gambaran tentang relasi orangtua dan anak penyandang skizofrenia sebagai bagian dari faktor yang mempengaruhi kekambuhan gangguan yang dialaminya. Kurangnya kualitas dalam berkomunikasi sebagai salah satu tanda relasi orangtua dan anak penyandang skizofrenia. Kualitas hidup anak berupa perasaan kesepian, tidak memiliki teman, orang lain menghindari dirinya, serta kurang bersemangat untuk melakukan aktivitas.

References

Badli, M., Osman, O., & Ainsah. (2008). Coping Styles and Clinical Factors in Relation to Quality of Life among Patiens with Schizophrenia. Med & Health, 3 (1), 14-21.

Chan, W. S. H. & Yeung, C. (2008). Path Model of Quality of Life Among People with Schizophrenia Living in the Community in Hongkong. Community Mental Health Journal, 44, 97-112.

Hasanat, N. U. (2004). Expressed emotion pada keluarga penderita gangguan jiwa. Buletin Psikologi, 12 (2), 85-91.

Irwansyah, S., Dhanu, R., & Sjahrir, H. (2005). Hubungan antara Disabilitas dengan Kualitas Hidup pada Penyandang Nyeri Kepala Primer yang berobat jalan di Departemen Neurologi FK US U/RSUPH Adam Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara, 38 (4), 296-301.

Kaplan H. I., Sadock B. J., and Grebb J. A. (2010). Sinopsis psikiatri jilid 2. Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.

Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasir, A. & Abdul, M. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Rekam Medik. (2014). Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Rubbyana, U. (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1 (2).

Subandi, M. A. (2008). Ngemong: Dimensi keluarga pasien psikotik di Jawa. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 35 (1), 62-79.

Vaughan, C. & Leff, J. (1985). Expressed emotion in families. United States of America: The Guildford Press.

Wiramihardja, A. S. (2007). Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT. Refika Aditama.

Downloads

Published

2019-02-25

How to Cite

Peristianto, S. V. (2019). RELASI ORANGTUA-ANAK DAN KUALITAS HIDUP PENYANDANG SKIZOFRENIA. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 21(1), 1–11. https://doi.org/10.26486/psikologi.v21i1.764

Issue

Section

Articles