DINAMIKA RESILIENSI REMAJA DENGAN KELUARGA BROKEN HOME

Authors

  • Berna Detta Universitas Mercu Buana Yogyakarta
  • Sri Muliati Abdullah Universitas Mercu Buana Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.26486/psikologi.v19i2.600

Keywords:

Resiliensi, Remaja dengan Keluarga Broken Home

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dinamika resiliensi remaja dengan keluarga broken home. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, responden utama dalam penelitian ini sebanyak dua orang dengan karateristik sebagai berikut : orang tua kandung bercerai serta ayah menikah lagi sebanyak 3 kali dan pertengkaran orang tua yang terus-menerus sehingga memberikan dampak yang negatif pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memperlihatkan dinamika resiliensi cenderung sama, yaitu terbentuknya kemampuan resiliensi berdasarkan proses belajar individu dari permasalahan yang dihadapi, kemampuan individu untuk melakukan evaluasi setiap tindakan yang dilakukan dan segi spritual yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga menjadikan nilai-nilai agama sebagai pedoman kehidupan. Sementara itu subyek yang memiliki kemampuan optimis dan efikasi diri yang belum baik, hal ini disebabkan proses belajar individu untuk menghadapi permasalahan yang masih berkembang, ketakutan individu mengenai pengalamannya tentang keluarga broken home menyebabkan kesulitan individu untuk memiliki kemampuan optimisme dan efikasi dengan baik, hal ini menyebabkan remaja cenderung ragu-ragu dengan kemampuan dirinya, berpikir bahwa permasalahan yang dihadapinya akan terjadi hingga di masa depan.

References

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company.

Creswell, J. (2016). Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Chaplin, C.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

Gunarsa, S D. (2008). Psikologi praktis, remaja, anak dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulya.

Grotberg. 1999. Tapping your inner strenght (How to find the resilience to deal with anything). Canada: New harbinger.

Hadi, S. (2004). Metodelogi research. Yogyakarta: Andi Offsset.

Hurlock, B. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan sepanjang Rentang kehidupan, Edisi Kelima, Penerjemah: Istiwidayanti dan So-edjarwi, Jakarta: Erlangga.

Irmawati & Simatupang, H, M. (2006). Dinamika Faktor-faktor Psikososial Pada Residivis Remaja Pria (Studi kasus Residivis Remaja Pria di Lembaga Per-masyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan).Psikologia Volume 2 No 1. Medan: Universitas Sumatra utara http://repository.usu.ac.id/-bitstream/handle/123456789/16029/08E00548.pdf;jsessionid=5FF4301019539B0EB0536EAF06B8672D?sequence=1. Diakses pada tanggal 20 November 2016

Kusdiyati, S. & Fahmi, I. (2015). Observasi. Bandung PT Remaja Rosdakarya.

Lestari, S. (2016). Psikologi keluarga. Jakarta: Prenadamedia Group.

Masna. (2013). Resiliensi pada remaja penyandang Tunanetra pada SLB A Ruhui Rahayu di Samarinda. Jurnal psikologi, Ejournal Psikologi FISIP UNMUL. Samarinda:: Universitas Mulawarman. http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/04/MASNA%20(04-03-13-04-07-11).-pdf. Diakses pada 29 oktober 2016.

Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia Bandung.

Mulyana, D. (2003). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Resiliency Center, “Resiliency individuals, families &communities: Overall conceptâ€,://www.resiliencycenter.com/welcome.shtml., (2005). diakses 13 November 2016 16:56 http

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience faktor. New york: BroadwayBook.

Safaria, T. (2007). Optimistic Quentient. Yogyakarta: Pyramid Publisher.

Sarwono, S. (2016). Psikologi remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo persada.

Setyoso, T. (2013). Bukan arek Mbeling. Yogyakarta: Indie Book Corner. https://books.google.co.id/books?id=3bEdBQAAQBAJ&dq=resiliensi&hl=id&source=gbs_navlinks_s. Diakses pada tanggal 13 November 2016.

Slamet & Markam. (2015). Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFA BETA CV

Sukoco, K.W., Rozano, D., & Utami, T.S. (2016). Pengaruh broken hone terhadap perilaku agresif. Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling, 2(1), 38-42.

Swastika, (2012). Resiliensi pada remaja yang mengalami Broken Home. Skripsi. Depok: Universitas Gunadarma. www. Publication.gunadarma.ac.id, diakses tanggal 26 Oktober 2016

VanBrenda, A, D. (2001). A Literature review with special chapters on deployment resilience in military families. South African Military Health Service, Military Psychological Instute, Social Work Research & Development, resilience theory in social work.

Widuri, E. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Tahun pert-ama. Jurnal Hu-manitas,Vol. IX No.2 Agustus 2012.

Willis, S. S. (2009). Konseling keluarga (Family counselling). Jakarta: Alfa Beta.

Wolin, SJ. & Wolin, S. (2010). The resilient self: how survivors of troubled families rise above adversity. Random House LCC.

Yin, R. K. (2011). Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh: M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Yusuf, S. (2004). Psikologi perkembangan anak & Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset-Bandung.

Downloads

Published

2017-08-26

How to Cite

Detta, B., & Abdullah, S. M. (2017). DINAMIKA RESILIENSI REMAJA DENGAN KELUARGA BROKEN HOME. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 19(2), 71–86. https://doi.org/10.26486/psikologi.v19i2.600

Issue

Section

Articles