BAGAIMANA PASANGAN TA’ARUF MENCAPAI KEPUASAN PERNIKAHAN?: STUDI KASUS INTERAKSI STRUKTUR VS AGENCY

Penulis

  • Adiwignya Nugraha Widhi Harita Universitas Airlangga
  • Suryanto Suryanto Universitas Airlangga

Abstrak

Masa penjajakan menjadi fase yang penting bagi pasangan untuk saling mengenal satu sama lain sebelum akhirnya memutuskan menikah. Penjajakan yang singkat berisiko menimbulkan konflik pernikahan hingga dapat mengarahkan pada perceraian. Agama Islam mengajarkan pemeluknya untuk melakukan proses ta’aruf yang merupakan penjajakan singkat sebelum akhirnya menikah. Oleh karena itu penelitian kualitatif ini bertujuan menjawab pertanyaan riset. Pertama, mengapa seseorang memilih menikah melalui ta’aruf? Kedua, apa tantangan yang dihadapi pasangan ta’aruf setelah
menikah? Ketiga, bagaimana strategi pasangan ta’aruf dalam menghadapi permasalahan? Keempat, apa dampak yang timbul dari pemecahan masalah pasangan ta’aruf? dngan menggunakan pendekatan studi kasus pada dua pasangan ta’aruf. Partisipan dipilih dengan teknik purposive sampling dan data dikumpulkan dengan wawancara semi-terstruktur untuk selanjutnya dianalisa menggunakan teknik analisis tematik. Kredibilitas data didapatkan dengan melakukan triangulasi sumber data berasal dari orang terdekat partisipan. Penelitian ini menemukan keputusan ta’aruf adalah hasil dari interaksi
antara struktur dan agency, utamanya keinginan melaksanakan perintah agama yang diikuti dengan persiapan diri untuk melakukan ta’aruf. Para partisipan berani melakukan ta’aruf karena adanya komunitas keagamaan yang subjek ikuti sehingga ilmu yang didapat membuat subjek merasa bahwa ta’aruf adalah pilihan terbaik. Dalam mencapai kepuasan pernikahan, pasangan ta’aruf akan dihadapkan dengan permasalahan keragu-raguan dan berbagai perbedaan yang
disebabkan keterbatasan interaksi sebelum menikah. Untuk mengatasi permasalahan subjek mengembangkan agency dengan memanfaatkan jejaring sosial di smartphone. Selain menghasilkan dampak yang sejak semula telah subjek duga, menikah secara ta’aruf ternyata mengakibatkan pula beberapa unintended consequences, seperti adaptasi kebiasaan, sudut pandang, aktivitas keagamaan hingga penerimaan dari keluarga pasangan.

Referensi

Anjani, C., & Suryanto. (2006). Pola penyesuaian pernikahan pada periode Awal. Insan. 8(3), 198-210.

Ardhianita, I., & Andayani, B. (2005). Kepuasan pernikahan ditinjau dari berpacaran dan tidak berpacaran. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 32(2), 101-111.

Aryanto, A. A. (2015). Hubungan keterbukaan diri dalam ta’aruf dan keputusan menikah kelompok tarbiyah pks cabang polokarto. Komuniti, 7(2), 47-51. doi: 10.22146/jpsi.7074.

Awaris, A. F., & Hidayat, N. (2015). Penyesuaian pasangan pernikahan hasil ta’aruf. E-SOSPOL 2(1), 59-67.

Bandura, A. (1989). Human agency in social cognitive theory. American Psychologist, 44(9), 1175-1184. doi:10.1037/0003-066X.44.9.1175.

Burgess, E. W., & Locke, H. (1960). The family from institution to companionship 2nd Edition. New York: American Book Company.

Chib, A. d. (2013). International migrant workers’ se of mobile phones to seek social support in Singapore. Information Technologies & International Development, 9(4), 19-34.

Citra, A. P. (2013). Penerimaan terhadap pasangan dan religiusitas sebagai kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah melalui ta’aruf. Skripsi. Bandung: UPI.

Cohen, S. (2004). Social relationship and health. American Psychologist, 59, 676-684.

Dominguez, S., & Watkins, C. (2003). Creating networks for survival and mobility: social among African-American and Latin-American low-income mothers. Social Problem 50(1), 111-135. doi: 10.1525/sp.2003.50.1.111.

Fowers, B., & Olson, D. (1993). ENRICH marital satisfaction scale: A brief research and clinical tool. Journal of Family Psychology 7(2), 176-185. doi: https://doi.org/10.1037/0893-3200.7.2.176.

Imtichanah, L. (2006). Ta’aruf, Keren...! Pacaran, Sorry Men! Cetakan I. Depok: PT. Lingkar Kena Kreativa.

Khairiyah, U., & Aulia, A. A. (2017). Hubungan religiusitas dengan kepuasan pernikahan pasangan ta’aruf Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto. Jurnal RAP UNP, 8(2), 223 -234. doi: https://doi.org/10.24036/ rapun.v8i2.9234.

Klemer, R. (1970). Marriage and the family. New York: Harper and Row Publisher.

Lyons, J. A. (2002). General strain theory and social support: A study of African Americans. Retrieved from http://etd.lsu.edu/docs/available/etd0709102115258/unrestricted/ Lyons_thesis.pdf.

Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2020). Menyelami perkembangan manusia: Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Rosita, K., & Indriana, Y. (2014). Persepsi subjektif istri yang menikah dengan proses ta’aruf. Empati, 3(4), 311–323.

Sakinah. (2018). Pengungkapan diri dan kepuasan pernikahan pada individu yang menikah melalui proses ta’aruf. Jurnal Psikologi Intergratif 6(1), 29-49. doi: 10.14421/jpsi.v6i1.1466.

Sakinah, F., & Kinanthi, M. R. (2018). Pengungkapan diri dan kepuasan pernikahan pada individu yang menikah melalui proses ta’aruf. Jurnal Psikologi Integratif, 6(9), 29-49. doi: https://doi.org/10.14421/

jpsi.v6i1.1466.

Stones, R. (2005). Structuration theory. New York, NY: Palgrave Macmillan.

Thompson, E. (2009). Mobile phones, communities and social networks among foreign workers in Singapore. Global Networks, 9(3), 359-380. doi:10.1111/j.1471-0374.2009.00258x.

Waller, W. (1952). The family: A dynamic interpretasi. New York: The Dryden Press.

Wong, F. D., He, X., Leung, G., Lau, Ying., & Chang, Y. (2008). mental health of migrant workers in china: Prevalence and correlates. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 43(6), 483–489.

Xu, J. (2015). Pargament’s theory of religious coping: Implications for spiritually sensitive social work practice.

British Journal of Social Work. 46(5), 1-17. doi: 10.1093/bjsw/bcv080.

Diterbitkan

2020-09-25