Hubungan Regulasi Emosi dengan Resiliensi pada Emerging Adulthood yang Mengalami Broken Home
Keywords:
regulasi emosi, resiliensi, broken home, emerging adulthoodAbstract
Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan resiliensi pada emerging adulthood yang mengalami broken home. Kondisi broken home dapat menimbulkan dampak psikologis negatif bagi individu, seperti mudah murung, merasakan rasa sedih yang berlarut larut, dan kehilangan panutan serta pegangan dalam masa transisi menuju proses kedewasaan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 155 individu emerging adulthood berusia 18- 29 tahun dari keluarga broken home. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan penyebaran kuesioner melalui Google Form secara online. Instrumen yang digunakan yaitu Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) untuk mengukur regulasi emosi dan Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk mengukur resiliensi. Teknik analisis data menggunakan korelasi Pearson’s Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dimensi cognitive reappraisal dengan dengan resiliensi. Hal ini berarti semakin tinggi cognitive reappraisal maka semakin tinggi resiliensi. Selain itu, terdapat hubungan positif dan signifikan antara dimensi expressive suppression dengan resiliensi. Hal ini berarti semakin tinggi expressive suppression maka semakin tinggi resiliensi. Temuan pada penelitian ini dapat digunakan oleh individu, orangtua, dan psikolog untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam meregulasi emosi, agar resilien dalam menghadapi permasalahan keluarga broken home.