PELATIHAN KELOLA EMOSI DALAM MENINGKATKAN KOPING STRES ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK GANGGUAN JIWA

Authors

  • Sheilla Varadhila Peristianto Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Abstract

Tekanan fisik dan emosi dapat dimunculkan orangtua yang merawat anak gangguan jiwa. Aktivitas rutin karena merawat anak menjadikan lelah secara fisik. Perasaan sedih, marah, dan jengkel menjadi tanda emosi dalam pengalaman merawat anak. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan peningkatan koping stres pada orangtua dengan anak gangguan jiwa
melalui pelatihan kelola emosi.. Metode non-probability digunakan dalam pengumpulan 12 subjek, yang selanjutnya terbagi dua kelompok sama rata sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Secara rinci, kriteria subjek yaitu merupakan orangtua dengan anak gangguan jiwa, sebagai ayah atau ibu kandung, dan berusia 45-50 tahun. Kriteria anak adalah pernah perawatan inap lebih dari satu kali. Desain penelitian adalah quasi experimental design. Pelatihan ‘kelola emosi’ dilakukan sebanyak 8 sesi pada kelompok eksperimen. Skala koping stres dari Snyder dan Lopez (2007) digunakan sebagai alat ukur koping stres orangtua. Terdapat skor sig. p = 0,027 (p<0,05) menggunakan Wilcoxon Paired T-test, yang artinya terjadi peningkatan koping stres orangtua setelah diberikan pelatihan ‘kelola emosi’.

References

Adilamarta, N. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat dengan penerimaan masyarakat terhadap individu yang menderita gangguan. Jurusan Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Arif, I. (2006). Skizofrenia: Memahami dinamika keluarga pasien. Bandung: Rafika Aditama

Gross, J.J. (2006). Handbook of emotion regulation. New York: Guilford Press.

Hidayati, N. (2008). Penanganan stres ibu-ibu korban lumpur panas Lapindo dengan pelatihan regulasi emosi. Thesis. Yogyakarta: Fakutas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.

Kapliani, D. (2008). Pelatihan regulasi emosi untuk menurunkan stres pada difabel bukan bawaan. Empathy: Jurnal Ilmiah psikologi, 3(1),

Kazdin. (2010). Behavior modification in applied setting (Edisi 7). Long Grove: Waveland Press.

Lazarus, R.S., & Folkman. (2005). Stress, appraisal and coping. New York: Spinger Publishing Company, Inc.

Lestari, F. S., & Kartinah. (2012). Hubungan persepsi keluarga tentang gangguan jiwa dengan sikap keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Maini, J & Nasution, M. (2011) Pengaruh konsep diri terhadap coping stress. Jurnal Psikologi, 1(1), 9-17.

Manz, C.C. (2007). Manajemen emosi. Yogyakarta: Think.

Meijel, VB., Gaag, VD., Kahn., & Grypdonck. (2012). The practice of early recognition and early intervention to prevent psychotic relapse in patients with schizophrenia: An exploratory study. Journal of Health

Mental. Departement of Nursing Science University Medical Center Utrecht PO Box 85060 3508 AB Utrecht The Netherlands.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Puspitasari, A. (2009). Buku ajar ilmu keperawatan. Yogyakarta: Fitra Maya.

Sari, Desy K., Gunawan, Defiana., & Septiani, Ruth P. (2018). Gambaran coping stress pada pendatang baru. Jurnal Psikologi Psikoislamedia, 3(2), 11-19.

Setyowati, R. (2010). Kefeefktifan pelatihan ketrampilan regulasi emosi terhadap penurunan tingkat stres pada ibu yang memiliki anak ADHD. Jurnal Wacana Psikologi, 4(11).

Snyder, C. R. & Lopez. (2007). Positive psycyhology in scientic and practical exploration of human strength. London: Sage Publication.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Vauth R, et al. (2007). Self-efficacy and empowerment as outcomes of self-stigmatizing and coping in schizophrenia. Journal Pubmed NCBI PMID: 17270279 DOI: 1016/j.psychres.2006.07.005.

Downloads

Published

2020-09-25