Case study: Cognitive behavioural therapy for the treatment of neurastenic disorders

Authors

  • Nathalia Nindi Kristyaningrum Universitas Mercu Buana Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.26486/psikologi.v24i1.1810

Keywords:

neurastenia, neurotik, terapi kognitif perilaku

Abstract

Neurasthenia merupakan gangguan neurosis yang termasuk dalam kategori diagnostik gangguan neurotik lainnya dalam PPDGJ III. Pasien dengan gangguan neurasthenia memiliki asumsi disfungsional yang merupakan hasil interaksi perilaku, emosi, gejala dan pikiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif perilakuan terhadap pasien dengan gangguan neurastenia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap satu orang subjek penelitian. Subjek penelitian adalah seorang laki-laki berusia 43 tahun yang bekerja sebagai guru komputer dan kepala lab komputer di SMP. Subjek selama 2 bulan terakhir mengalami gejala kelelahan yang kronis ketika menjalankan aktivitas pekerjaan, pikiran menjadi kacau dan badan lemas, serta kekhawatiran akan terjadi sesuatu terhadap dirinya ketika muncul gejala-gejala tersebut saat berada di jalan. Gejala-gejala tersebut membuat subjek sering tidak masuk kerja atau pulang lebih awal dari pekerjaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi kognitif perilakuan membantu subjek memahami sistematika berpikirnya yang disfungsional, menemukan akar pikiran negatif yang membuatnya mengalami kelelahan kronis, menemukan pikiran yang positif untuk menggantikan pemikiran negatif, mulai menunjukkan usaha untuk menjalankan aktivitas pekerjaan yang ringan dan mengurangi pola istirahat yang berlebihan.

References

Aho, K. (2018). Neurasthenia revisited: On medically unexplained syndromes and the value of

hermeneutic medicine. Journal of Applied Hermeneutics.

American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental (4th ed.).

Baardseth, T. P., Goldberg, S. B., Pace, B. T., Wislocki, A. P., Frost, N. D., Siddiqui, J. R.,

Lindemann, A. M., Kivlighan, M. D., Laska, K. M., Del Re, A. C., Minami, T., & Wampold,

B. E. (2013). Cognitive-behavioral therapy versus other therapies: Redux. Clinical

Psychology Review, 33(3), 395–405. https://doi.org/10.1016/j.cpr.2013.01.004

Caturini, E., & Siti, S. (n. d. ). (2014). Pengaruh cognitive behavioral therapy (CBT) terhadap

perubahan kecemasan, mekanisme koping, harga diri pada pasien gangguan jiwa dengan

skizofrenia di RSJD Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3(1), 41–50.

Cox, D. (2002). Occupational therapy and chronic fatigue syndrome. Whurr Publisher.

Daradjat, Z. (1990). Kesehatan mental. Gunung Agung.

Dattilio, F. M., & Hanna, M. A. (2012). Collaboration in cognitive-behavioral therapy. Journal of

Clinical Psychology, 68(2), 146–158. https://doi.org/10.1002/jclp.21831

Duana, D. A., & Hadjam, M. N. (2012). Terapi kognitif perilaku dalam kelompok untuk kecemasan

sosial pada remaja putri dengan obesitas. Jurnal Intervensi Psikologi (JIP), 4(2), 145–160.

https://doi.org/10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss2.art1

Erlando, R. P. A. (2019). Terapi kognitif perilaku dan defisit perawatan diri : studi literatur.

ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 94–100. https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.9

Fauziah, J., & Kesumawati, F. (2021). Terapi kognitif perilaku dapat menurunkan kecemasan sosial

pada pasien waham : Literature. Jurnal Borneo Cendekia, 5(1), 133–136.

https://doi.org/https://doi.org/10.54411/jbc.v5i1.267

Flaskerud, J. H. (2007). Cultural competence column neurasthenia: here and there, now and then.

Issues in Mental Health Nursing, 28(6), 657–659.

https://doi.org/10.1080/01612840701354638

Hofmann, S. G., Asnaani, A., Vonk, I. J. J., Sawyer, A. T., & Fang, A. (2012). The efficacy of

cognitive behavioral therapy: A review of meta-analyses. Cognitive Therapy and Research,

(5), 427–440. https://doi.org/10.1007/s10608-012-9476-1

Kazantzis, N., Luong, H. K., Usatoff, A. S., Impala, T., Yew, R. Y., & Hofmann, S. G. (2018). The

processes of cognitive behavioral therapy: A review of meta-analyses. Cognitive Therapy

and Research, 42(4), 349–357. https://doi.org/10.1007/s10608-018-9920-yKuntjojo. (2009). Psokologi abnormal. Universitas Nusantara PGRI.

Lorenzo-Luaces, L., Keefe, J. R., & DeRubeis, R. J. (2016). Cognitive-behavioral therapy: Nature

and relation to non-cognitive behavioral therapy. Behavior Therapy, 47(6), 785–803.

https://doi.org/10.1016/j.beth.2016.02.012

Molina, K. M., Chen, C. N., Alegría, M., & Li, H. (2012). Prevalence of neurasthenia, comorbidity,

and association with impairment among a nationally representative sample of US adults.

Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 47(11), 1733–1744.

https://doi.org/10.1007/s00127-012-0489-6

Natal, Y. V. (2021). Terapi kognitif perilaku untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien

dengan gangguan agorafobia. PSYCHE: Jurnal Psikologi, 3(1), 53–63.

https://doi.org/10.36269/psyche.v3i1.304

Nicholls, D. A. (2021). The role of neurasthenia in the formation of the physiotherapy profession.

Physiotherapy Theory and Practice, 37(3), 376–388.

https://doi.org/10.1080/09593985.2021.1887058

Overholser, J. C., & Beale, E. E. (2019). Neurasthenia: Modern malady or historical Relic?.

Journal of Nervous & Mental Disease, 207(9), 731–739.

https://doi.org/10.1097/NMD.0000000000000943

Paciaroni, M., & Bogousslavsky, J. (2014). The borderland with neurasthenia („functional

syndromes‟). Frontiers of Neurology and Neuroscience, 35(1), 149–156.

https://doi.org/10.1159/000360055

PPDGJ. (1993). Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III (PPDGJ

III) v.3 v.3. Departemen Kesehatan WHO. https://onesearch.id/Record/IOS3107.40601

Schwartz, Y. P. (2002). Why is neurasthenia important in Asian cultures?. Western, 176, 257–258.

Semium, Y. (2006). Kesehatan mental (Vol. Jilid 2).

Slijkhuis, J., & Oosterhuis, H. (2013). “Paralysed with fears and worriesâ€: Neurasthenia as a

gender-specific disease of civilization. History of Psychiatry, 24(1), 79–93.

https://doi.org/10.1177/0957154X12450140

Surawy, C., Hackmann, A., Hawton, K., & Sharpe, M. (1995). Chronic fatigue syndrome: A

cognitive approach. Behaviour Research and Therapy, 33(5), 535–544.

https://doi.org/10.1016/0005-7967(94)00077-W

Susana, T., Parmadi, E. H., & Adi, P. S. (2015). Program bantu diri terapi kognitif perilaku:

Harapan bagi penderita depresi. Jurnal Psikologi, 42(1), 78.

https://doi.org/10.22146/jpsi.6944

Suzuki, T. (1989). The concept of neurasthenia and its treatment in japan. Culture, Medicine and

Psychiatry, 13, 187–202.

The World Psychiatric Association Group. (2002). General information about APA‟s 2002 annual

meeting. Psychiatric News, 37(4), 4–7. https://doi.org/10.1176/pn.37.4.0004

World Health Organization. (1992). International classification of diseases -10.

Downloads

Published

2022-04-11

How to Cite

Kristyaningrum, N. N. (2022). Case study: Cognitive behavioural therapy for the treatment of neurastenic disorders. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 24(1), 35–50. https://doi.org/10.26486/psikologi.v24i1.1810