PENDIDIKAN KARAKTER TEPA SALIRA BERBASIS EXPERIENTAL LEARNING DALAM BIMBINGAN KELOMPOK

Authors

  • Ulung Giri Sutikno Universitas Negeri Semarang
  • Erna Irmawati Universitas Negeri Semarang
  • Fidya Ahlania Universitas Negeri Semarang

Keywords:

Tepa salira, Experiental Learning, Bimbingan Kelompok

Abstract

Tepa salira adalah sebuah tindakan atau perbuatan yang merupakan gabungan dari toleransi dan tenggang rasa, sedangkan toleransi adalah bagaimana kita bisa menjaga perasaan diri terhadap perbuatan orang lain ditengah tengah lingkungan yang multikultur. Kondisi lingkungan di Indonesia sangat beragam yang terdiri dari berbagai macam budaya, oleh karena itu penanaman pendidikan karakter tepa salira pada peserta didik sangat penting. Pendidikan karakter sangat penting diterapkan di sekolah. Tulisan ini menganalisis bahwa tahapan dalam layanan bimbingan kelompok berbasis experiental learning dapat mengembangkan karakter tepa salira pada peserta didik. Banyaknya kasus penyimpangan nilai moral perilaku peserta didik yang terjadi akibat rendahnya karakter tepa salira . Pembelajaran di sekolah terkesan hanya bermuara pada capaian akademik saja, sedangkan capaian pribadi yang unggul diabaikan. Bimbingan dan konseling sebagai komponen dan pilar pendidikan di sekolah sesungguhnya dapat mengambil peranan dalam pengembangan karakter peserta didik. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang memuat pendidikan karakter tepa salira adalah bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan dalam setiap tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok memuat pengembangan karakter tepa salira. Dalam implementasinya harus dikolaborasikan dan berbasis pendekatan experiental learning agar muatan karakter tepa salira lebih mengena dan bermakna pada diri konseli.

References

Andayani, Tri Rejeki. 2013. Meningkatkan Toleransi Melalui Budaya Salira (Pengembangan Model

Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal). Prosiding Seminar Nasional Parenting. 397-

Astuti, Yani Kusuma. (2016). Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Eksperiental Learning) untuk

Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis dan Aktivitas Mahasiswa. Abstrak Hasil

Penelitian STKIP NU Indramayu Jawa Barat. 3, 7-10.

Gladding, S. T. (1994). Group Work: A Counseling Specialty. New Jersey: Englewood Cliffs,

Prentice-Hall.

Haryati, Sri. Pendidikan Karakter Kurikulum 2013. Naskah Publikasi. Diambil dari

http://lib.untidar.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-dalam

kurikulum.pdf diunduh pada 29 Agustus 2018.

Huda, Miftahul. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemendikbud. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah

Menengah Atas. Jakarta: Kemendikbud Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan.

Kolb, David A. (1984). Experiential Learning.New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Prasetiawan, Hardi. 2016. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Ramah Anak

Terhadap Pembentukan Karakter Sejak Usia Dini. Jurnal Pendidikan. 4, 50-60.

Prayitno, (2004). Layanan Bimbingan dan konseling kelompok. Padang: FIP Universitas Negeri

Padang

Prayitno. (2004). Layanan L.1-L.9 Padang : Universitas Negeri Padang.

Sukardi, Dewa K. (2003). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Downloads

Published

2019-10-14

Issue

Section

Articles