ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT PENYEBAB BANJIR DAN TANAH LONGSOR (Studi Kasus: Ciganjur, Jakarta Selatan)

Authors

  • Smith Loyd Hasiholan Pakpahan Prodi Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
  • Ranti Kurniati Prodi Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
  • Aditya Mulya Prodi Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta

Keywords:

Hujan lebat, satelit Himawari-8, cumulonimbus, suhu puncak awan

Abstract

Kejadian hujan lebat yang telah melanda wilayah Ciganjur, Jakarta Selatan pada tanggal 10 Oktober 2020 dianalisis menggunakan data hasil pengamatan curah hujan, data penginderaan jauh yaitu satelit Himawari-8, data analisa numerik dan hasil pengamatan RASON (Rawind Sonde). Dinamika atmosfer yang terjadi karena adanya belokan angin di pagi hari di sepanjang selatan Pulau Sumatera memanjang hingga Pulau Jawa dan adanya konvergensi pada malam hari di wilayah Jawa bagian barat, berdasarkan citra satelit terlihat penggabungan dua sel awan konvektif dengan suhu pucak awan mencapai -70OC pada tahap matang dengan cakupan wilayah hampir menutupi wilayah Pulau Jawa bagian barat. Hal ini mengindikasikan bahwa awan tersebut adalah awan Cumulonimbus.

References

BMKG (2010). Keputusan No.009 Tentang Prosedur Informasi Cuaca Ekstrem. BMKG.Jakarta

BOM (Bureau of Meteorology).(2011). El Nino, La Nina dan Australia’s Climate. (Diakses dari www.bom.gov.au pada tanggal 16 November 2020)

Winarso, P.A .(2009).Analisis Cuaca II. Akademi Meteorologi dan Geofisika. Jakarta. Zakir,A.(2010).Modul Diklat Meteorologi Publik. Pusat Penelitian dan

Pengembangan. BMKG. Jakarta. https://www.suara.com/video/2020/10/11/092003/ banjir-dan-longsor-di-ciganjur-300-rumah-terendam-dan-500-orang-dievakuasi (diakses pada tanggal 15 November 2020)

Downloads

Published

2021-01-06